Egyptian - Clubbing Culture
"Love In Perth", Betul sekali kata-kata ini pernah ada di film tersebut untuk menggambarkan kehidupan malam di Barat sana, Namun apajadinya jikalau istilah Clubbing Culture digunakan untuk menggambarkan Dunia Timur Tengah yang pada umunya dikenal dengan nilai-nilai religius, Mesir pada khususnya.
Umumnya "Budaya" tidak harus terpacu pada peninggalan nenek moyang, tetapi juga bisa berupa hal yg dikreasikan oleh generasi muda bangsa yg bersifat positif ataupun negatif. Sehingga bisa mengubah persepsi orang tentang kebudayaan bahwa budaya itu tidak harus identik dengan hal kuno dan jadul, tapi budaya juga bisa modern. Contohnya : Clubbing dan masih banyak lagi. Secara Gamblang Clubbing merupakan istilah prokem khas anak muda yang berarti suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif dan modern yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat dari berbagai hal dimulai dari Nge-lem, minuman keras dan obat-obatan terlarang. Jadi Clubbing tidak terbatas pada diskotik, hotel dan sebagainya bahkan yang marak kini ialah "Diskotik Terbuka" baik di tempat-tempat sepi penduduk seperti di Swiss ataupun tengah-tengah pemukiman ; dan ini yang harusnya DIKECAM.
Kata orang, untuk menulis sebuah budaya akan rebih mudah kalau kita realited pada hal tersebut Jadi apa yang saya paparkan adalah menurut kacamata saya. MESIR Tanpa mengesampingkan segala kelebihan dan kapabilitasnya dalam hal Keilmuan menjadi salah satu negara timur tengah dengan budaya clubbing semitradisional yang terpesat kini. Contohnya kecilnya : Pinggiran sungai Nile hotel-hotel di pusat kota atau yang paling miris dalam acara pernikahan.
Di-Negara ini perayaan pernikahan dianggap hal yang sangat tabu untuk ditinggalkan, seiring dengan berkembangnya zaman dunia tidak bisa lagi membedakan antara mana Clubbing dan Perayaan pernikahan, Karena dua hal ini sudah di padukan menjadi satu paket. Kenapa? Karena acara pernikahan sudah beralih fungsi menjadi pagelaran musik club terbuka serta di barengi dengan banyaknya minuman keras dan transaksi obat-obatan.
Klasiknya : Para orang-orang dari kalangan mahasiswa ataupun orang-orang tua hanya melihat apa yang ada didepan panggung dan Pesta Selesai, Itu acara pernikahan.
Tapi Realitanya : Dengan disponsori oleh musik clubbing yang cenderung keras dan kebebasan berjoget sana sini ditambah dengan pakaian Clubbing pada umumnya TAPI dibelakang panggung adalah Dunia Malam / Club Terbuka yang sebenarnya berada dengan tumpukan botol dan beserta obat-obatannya lengkap bahkan selesainya pesta adalah awal pesta bagi mereka dengan memanfaatkan kondisi yang semrawut dan sepi.
Pada akhirnya ini akan berdampak pada psikoligi orang-orang arab yang cenderung keras ditambah dengan efek samping tempramental dari setiap orangnya. Solusinya : Setiap orang pasti ingin mencoba hal-hal yang baru tetapi kita harus bisa memilih-milih mana yang sesuai dengan kebudayaan kita atau tidak agar kita tidak terjebak dalam pergaulan yang salah. Toh kalaupun acara pernikahan itu memang tradisi dan bagian dari pada budaya, Maka eksistensinya yang di barengi dengan kerusakan generasi selanjutnya harus dan akan tetap masih dipertanyaakan kedepannya. Layakah untuk dipertahankan atau memang lebih baik di hapuskan?
Komentar
Posting Komentar