Apa Sih Nilai Waktu Dalam Perspektif Pelajar?
Waktu, Dalam Tataran setiap kalangan akan memiliki pandangan yang berbeda-beda. Terlebih lagi ketika ingin membahas tentang "Arti dan Nilai" Waktu itu sendiri. Secara tidak sengaja, Status Kehidupan manusia akan mendefinisikan sendiri Seberapa berharganyan Hal yang disebut Waktu?!
Pelajar merupakan status kehidupan yang memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang madani. Maka dari itu, Nilai-Nilai tentang seberapa berharganya waktu dalam tataran seorang pelajar yang semakin hari semakin miris dalam pandangan masyarakat menjadi hal yang sangat urgen untuk diketahui agar dapat diterapkan dalam kehidupan.
Dalam objek bahasannya, Waktu adalah salah satu pemberian (Nikmat) yang paling mendasar (أصول النعم) dari Allah SWT yang posisinya disetarakan Nikmat Iman dan Kesehatan. Bahkan Posisinya dalam konteks bahasan Nikmat yang Allah SWT berikan kepada manusia berada jauh atas Nikmat-Nikmat Allah SWT dalam mempermudah melaksanakan kewajiban dan sunnah-sunnahnya yang tidak dapat terhitung. Sebagaimana dalam Firmannya Dalam Surah Ibrahim Ayat 34 :
وان تعدوا نعمة الله لا تحصوها إن الإنسان لظلوم كفار.
Maka tak heran jika dikatakan bahwa Jika ada satu hal yang tak dapat dibeli dengan materi, Maka Dia Adalah Waktu. Sejalan dengan Nilai Waktu yang tak dapat kita berikan nominal angka untuk menilainya maka Allah SWT Berfirman dalam Surah Fussilat Ayat 37 :
ومن آياته اليل و النهار و الشمس و القمر لا تسجدوا للشمس و للقمر واسجدوا لله خلقهن ان كنتم اياه تعبدون.
Dari ayat tersebut dalam kita simpulkan bahwa, sudah menjadi hal yang sangat wajar jikalau orang kafir mendapat celaan dan azab atas waktu yang mereka sia-siakan dengan kekafiran, Padahal telah diutus kepada mereka Nabi dan Rasul sebagai pemberi peringatan dan pemberi petunjuk yang secara otomatis membuat mereka tak mempunyai alasan lagi untuk tidak beriman. Lalu sama halnya dengan kita sebagai pelajar yang telah diberi amanah untuk mempelajari ilmu agama yang jelas wajib untik dipelajari, Tapi hanya bermalas-malasan?! Bukan-kah kita tak ada bedanya dengan orang kafir yang telah diberi interval waktu untuk beriman tapi tetap saja keras hati dan gelap dalam kekafirannya.
Sebab bagaimanapun keadaan kita, mau sedih, bahagia, waktu tidak akan pernah berhenti menunggu. Ia tetap berjalan. Kalau bumi yang luas ini saja tak pernah menyianyiakan setetes air, Kenapa kita bisa sekejam itu membiarkan diri kita menyianyiakan pemberian yang tak ternilai darinya.
-Qimatu Zaman Indal Ulama-
Komentar
Posting Komentar