Se(MeraH) Jerih

#KAMU

Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi.
Tanpa pesan, tanpa persinggahan, Yang kuanggap sebagai tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali.
Aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar hidup kembali.
Kadang aku hanya ingin bercerita, Menuangkan semua keluh kesah yang ada, Melepas takut yang mengikat, Berharap pekat tak lagi lekat.

Kau tau apa hal paling sesak kini?
Ingatan tentang detik-detik hampa itu yang seperti langkah tak berjejak, senja tapi tak jingga, cinta tapi tak dianggap.
aku yang mengemis untuk ditangkap tapi menolak tuk dilukai.
aku yang memohon dilirik tapi menolak untuk ditatap.

Sampai kini, Aku masih ingin memastikan tanya ini :
"Setidak Ber-Arti itu aku dimataMu? Setidak penting itu aku? Setidak ada sama sekali aku untuk diingatanmu? Sebodoh inikah aku ternyata mempercayai orang yang hanya menjadikanku pelampiasan atas masa lalunya?!" Mungkin inilah sepi yang akhirnya mengumpulkan lara. Menutup paksa katup bahagia, pada hati yang terbiasa oleh kecewa.

Setelah ini kamu bisa diam seperti biasanya.
Diam saja terus! Karena justru diam itu yang membuatku teriris tanpa jerih tuk merintih.
Kamu yang namanya merah, hadir sebagai jiwa tersingkat dan terindah yang pernah kuingat.
Kamu yang jaraknya jauh, hadir sebagai pertemuan yang setiap Se-Mogaku ingin selalu ku ulang.
Kamu yang hanya bisa kudengar tanpa bisa kusentuh, hadir sebagai asa untuk akhir derita.

Dengan apa yang terjadi selama detika dihari aku menunggu-mu ada untuk mengucapkan sepatah katapun selama 172.800 detik, nyatanya tak kunjung menjadi nyata.
Setiap ketukan meja yang kuhitung, Kukira aku ada untuk diingat, Tapi Tidak pada nyatanya.
Aku hanya meminta SATU dari 365 hari yang kau punya untuk mengucapkan satu kata dari jutaan kata yang telah kau ucap, Setidaknya untuk membuatku percaya bahwa Aku Masih Ada.
Yang kau lakukan itu bukan tak adil menurutku Tapi Jahat!!!

Kamu yang namanya merah,
Di bawah alismu hujan berteduh,  Di merah matamu senja berlabuh.
Dibawah rindangmu aku berlabuh, Di gelapmu malam berlalu.

Tapi yang kini yang ku tahu,
Di bawah namamu yang merah kuteriris dan terus semakin merapuh,
Di bawah diam-mu yang merah kuterlupa dan perlahan terhapus,
Sampai di bawah obsesi dan optimisku melihatMu di masa yang hanya ada aku dan kamu aku kau bangunkan bahkan itu hanya-lah anganku bukan harapmu.

Yah...
Mungkin kamu sibuk dengan obsesi duniaMu?
Seharusnya aku juga mulai sadar, bahwa aku tidak lebih dari pada sebuah materi, misalnya koin tak bernilai sehingga kau jatuhkan di pinggiran sawah untuk ditinggalkan karena tak ternilai sama sekali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Membuktikan Eksistensi Tuhan" Apakah menjadi salah satu alasan Al-Quran diturunkan?

Grand Syekh Al-Azhar adalah juga Syekh Islam & Umat Islam

Grand Syekh Al-Azhar Ke - 12