Mengapa kebanyakan pakar bahasa Arab adalah orang persia?

Mengapa kebanyakan pakar bahasa Arab adalah orang persia?

Jika menyelisik biografi-biografi pakar bahasa Arab, akan ditemui banyak sekali dari mereka adalah orang-orang persia (Furs). Sebutlah, Sibawaihi, Abu Ali al-Farisi, Abdul Qahir al-Jurjani, Ahmad bin Faris (Shahibu Mukjam Maqayis), Muhammad ibnu Abi Bakr al-Razi, Zamaksyari, Fairuzzabadi, dan lain-lain. 

Al-Syaikh al-Muallim, Husam Ramadhan mengatakan:

"Al-Muallim Tsani, Abu Nashr al-Farabi mengatakan: 'Semua ilmu adalah falsafi kecuali ilmu fikih'. Fikih adalah ketentuan Tuhan. Di antara ilmu falsafah adalah Nahwu. Mengapa demikian? Sebab falsafah membahas al-maujudat al-mumkinah beserta hukum-hukumnya. Salah satu al-maujudat al-mumkinah  adalah Nahwu. Karena itu mereka (para filsuf) juga berbicara tentang bahasa dan ini cara yang dengannya Allah membukakan kebaikan kepada orang persia dan Arab, sebab orang persia mempelajari bahasa Yunani dari para filsuf kemudian mereka mempraktekkannya ke dalam bahasa persia. Sementara itu orang-orang Arab mengambil kaidah-kaidah orang Persia atau metode-metode yang mereka pakai dalam bahasa mereka yang didapat oleh dari orang Yunani dan mereka menginteraksikannya dalam bahasa Arab. 

"Ini menjelaskan mengapa para imam dalam lughah kebanyakan orang persia. Karena mereka mengadopsi bahasa Yunani dalam bahasa mereka kemudian diterapkan dalam bahasa Arab. Ilmu falsafah belum ada kala itu di Arab. Setelah itu (setelah falsafah ada), terjadilah perbedaan antara Kufah dan Bashrah yang kalian temukan titik perbedaan mereka adalah dalam masalah Ta'lil. Ta'lil pembahasannya masuk dalam Ilmu Ilahi. Hal tersebut adalah permasalahan-permasalahan falsafah yang diperselisihkan oleh Kufah dan Bashrah."

"Oleh karena itu, jika kalian ingin mendapatkan malakah yang kuat dalam lughah, berusahalah memahami ilmu ilahi yang sebabnya para teolog muslim mengkafirkan para filsuf. Benar, mempelajarinya bukan untuk memperoleh kekufuran mereka. Namun mempelajarinya guna memperoleh motode mereka dan memperoleh kaidah-kaidah yang telah disepakati. Jauhi hasilnya. Tapi ambil jalan mereka. Hal itu tidak membuat kita tidak ingin mengenal metode para filsuf. Mereka memiliki metode yang amat sangat detail yang Allah berikan kepada mereka. Seperti Kunfu. Pelajari untuk memperoleh kekuatan, bukan mendhalimi orang."

"Syaikh Baijuri tidak akan menjadi syaikh Baijuri dan syaikh Athhar tidak akan menjadi syaikh Athhar (dalam membahas masalah hingga sangat detail), kecuali dengan ilmu falsafah. Ambil jalan mereka, jauhi hasil yang mereka peroleh!"

Syaikh Fauzi Konate pernah mengatakan bahwa sepertiga Ta'lil dalam bahasa Arab dimiliki oleh Abu Al-Farisi. Dan Abu Ali al-Farisi adalah orang persia!

Abdul Malik bin Marwan, sebagaimana yang dikutip dalam Akhbar al-Nisa-nya Ibnu Qayyim Jauziyah mengatakan: "Jika ingin mencari perempuan untuk mut'ah, carilah perempuan barbar. Tapi jika ingin mencari untuk meraih keturunan, carilah perempuan Persia!" 😁😂

Jadi hampir kebanyakan penjaga ilmu-ilmu Islam adalah orang-orang persia. Di Nahwu ada Sibawaihi. Di Balaghah, ada Abdul Qahir Jurjani. Di Tafsir, ada Zamakasyari, Fakhruddin Razi, Qadhi Baydhawi. Di Tasawwuf, ada Imam Ghazali. Di Mantiq, ada Abahari, al-Katibi, al-Khunaji, Taftazani. Di Akidah, ada Adhuddin Iji, Saif Amidi. Belum lagi di ilmu falsafah dan kedokteran, ada Ibnu Sina, Abu Bakar al-Razi. Apa ya rahasia perempuan persia melahirkan tokoh-tokoh hebat itu? Ohya, Ali Zainal Abidin, ahli bayt yang paling alim dan zahid itu, ibunya orang persia, istri sayyidna Husain.


Madinatu al-Nashr, 05 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Membuktikan Eksistensi Tuhan" Apakah menjadi salah satu alasan Al-Quran diturunkan?

Grand Syekh Al-Azhar adalah juga Syekh Islam & Umat Islam

Grand Syekh Al-Azhar Ke - 12