"Membuktikan Eksistensi Tuhan" Apakah menjadi salah satu alasan Al-Quran diturunkan?

Obrolan pagi yang cukup berat; menyoal teologi.

Banyak ulama yang berpendapat bahwa pembahasan ada dan tidak adanya wujud Tuhan bukan termasuk tujuan utama diturunkannya al-Quran.

Alasannya, karena keberadaan Tuhan termasuk tema yang sangat jelas. Allah itu wajibul wujud. Sejauh manapun manusia berusaha mengingkari wujud-Nya, Tuhan tetaplah Tuhan. Eksistensi-Nya bersifat mutlak (necessary being).

Setidaknya ada dua alasan kenapa pembuktikan keberadaan Tuhan merupakan tema yg cukup jelas:

Alasan pertama, karena fitrah intrinsik dari manusia itu sendiri adalah makhluk bertuhan. Selama manusia masih membutuhkan "sesuatu" di luar dirinya untuk melangsungkan hidup, selama itu pula ada "pihak luar" yang selalu mengintervensinya untuk tunduk pada hal-hal yang tidak terkendali itu. Jadi, singkat kata, pada hakikatnya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa menafikan adanya "kekuatan adikodrati". Tetapi persoalannya, tinggal kepada zat seperti apa dia hendak bertuhan/tunduk?

Alasan kedua, karena penciptaan alam semesta dari yang asalnya tidak ada menjadi ada, dan dengan segala keteraturan serta keindahannya ini ---mustahil tercipta tanpa Sang Creator. 

Jika ada orang yang tidak percaya tentang adanya Sang Pencipta, itu berarti ia akan dihadapkan pada dua kemungkinan yang harus dipilih: pertama, dia sendiri/alam semesta ini ada dengan sendirinya, tanpa adanya pencipta siapa pun. Kemungkinan kedua, dia/alam semesta ini menciptakan diri mereka sendiri. Kedua-duanya sama-sama tidak masuk akal. Mau pilih yang mana?

Sebuah gelas yang terletak di atas meja misalnya, apakah dia ada di situ tanpa seorangpun yang meletakkannya, ataukah dia secara ajaib bisa mewujudkan dirinya sendiri di situ? Kedua pilihan ini secara gamblang tentu sangat tidak masuk akal. Jadi pilihan yang benar adalah kembali kepada poin sebelumnya, bahwa keteraturan alam semesta yang begitu indahnya ini mengabarkan bahwa Sang Pencipta benar-benar ada.

Oke. Baik. Jadi sesiapa yang disebut "Tuhan" ini benar-benar ada. Pembuktiannya juga tidak terlalu sulit. Tapi, siapakah "Zat yang Maha Agung" tersebut? Nah, di sinilah al-Quran berperan penting untuk memperkenalkan eksistensi ketuhanan secara panjang lebar kepada umat manusia.

Jadi, pembahasan ada dan tidak adanya Tuhan bukanlah tujuan utama diturunkannya al-Quran, sebagaimana pandangan beberapa ulama.

Mereka mengatakan, tujuan utama ayat-ayat al-Quran yang berkorelasi positif dengan "wujud Tuhan" sebenarnya adalah, untuk menetapkan ke-Esa-an Allah Swt, menerangkan Sifat-sifat-Nya dan menegasikan segenap sekutu bagi diri-Nya. Inilah tujuan-tujuan utama al-Quran ketika menyoal dimensi ketuhanan.

Kenapa hal ini lebih penting? Kenapa al-Quran memberikan porsi yang sangat banyak terhadap tema-tema ketuhanan tersebut?

Sebelum menjawab pertanyaan ini saya akan menceritakan sebuah ilustrasi singkat. Begini:

Umat manusia dalam rentang sejarahnya telah memunculkan sosok-sosok suci dengan aura spiritual yang cukup tinggi. Saking istimewanya sampai kemudian mereka "disembah" oleh para pengikutnya sendiri. Kenapa kok dia sampai bisa dipertuhankan?

Mula-mulanya begini, spiritualis tersebut dalam olah semedi dan kontemplasinya menemukan semacam pencerahan tentang hakikat kehidupan, yang membawanya pada keyakinan kuat bahwa alam semesta ini tidak mungkin eksis kecuali ada penggerak tunggalnya.

Entitas tersebut tidak bisa dibahasakan, didefinisikan ataupun diimajinasikan oleh akalnya sendiri. Tapi ia sangat yakin bahwa zat tersebut ada dan ia telah "menemukan"nya dalam laku spiritualnya itu. Sungguh, sebuah keyakinan kuat yang tidak dapat diintervensi oleh orang lain.

Ia pun kembali ke kehidupan sehari-harinya dengan penglihatan yang samasekali berbeda dari sebelumnya. Ia mulai melihat alam sekitarnya sebagai perwujudan langsung dari "Zat yang Agung" itu. 

Karena ia tidak menemukan padanan obyek tersebut dengan entitas-entitas lain dalam kehidupan nyata, dan di sisi lain ia juga tidak memiliki nalar teologis yang cukup kuat untuk dibuat pijakan, maka (mungkin karena saking takjub dan bingungnya) ia pun menjelmakan entitas tersebut ke dalam bentuk patung-patung, berhala-berhala, dan kredo-kredo yang nantinya akan menjadi sesembahan bagi para pengikutnya. 

Rupa, model dan warna patung-patungnya bisa berbentuk sangat aneh dan kontras sesuai dengan imajinasi-imajinasi yang bisa ia refleksikan dalam dunia nyata. Dan pada akhirnya para pengikutnya juga membuat sesembahan sendiri sesuai dengan olah spiritualnya masing-masing. Di sinilah setan dan iblis biasanya ikut mewarnai.

Kemudian, singkat cerita, dengan pancaran karismanya yang kuat, aura spiritualnya yang tinggi dan ajarannya yang relatif praktis untuk ditiru tidak mengherankan bisa menyilaukan dan menggaet banyak sekali orang yang tergiur dengan pencapaiannya itu. Seiring waktu, para pengikutnya pun semakin ekstrim, sampai mengkultuskan si spiritualis dan menyebutnya sebagai sang juru selamat umat manusia. Sekian.

Dari abstraksi singkat ini kita menjadi paham bahwa proses untuk memahami "Tuhan" merupakan perjalanan yang amat berbahaya. Iblis selalu ikut bermain dalam ranah ini. Seringkali para pencari Tuhan tergelincir sehingga mengimajinasikan "tuhan" dengan abstraksi yang bukan-bukan. 

Maka tidak heran jika tujuan utama ayat-ayat al-Quran perihal ketuhanan adalah menetapkan ke-Esa-an Allah SWT, menerangkan Sifat-sifatNya dan menegasikan segenap sekutu bagi diri-Nya. 

Artinya, al-Quran hadir di tengah-tengah umat manusia untuk memberi pencerahan tentang nalar teologis yang benar: mulai dari bagaimana caranya memulai perjalanan spiritual, ritual-ritual ibadah yang harus dikerjakan, hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi di tengah perjalanan serta solusinya, dan bagaimana menyikapi hasil yang akan didapatkannya di akhir perjalanan nanti supaya ia tidak tersesat dan/ menyesatkan. 

Tapi rupa-rupanya kondisi umat Islam sangatlah berbeda dengan umat-umat lain sebelumnya. Jika umat sebelumnya gampang sekali tergelincir karena mereka mungkin tidak mendapatkan bimbingan langsung dari wahyu Tuhan, atau bisa jadi tidak memiliki kitab suci sebagai pegangan, atau mungkin karena faktor-faktor lain sehingga mereka terjebak pada tuhan-tuhan palsu. Hal serupa sepertinya tidak pernah terjadi dalam sejarah umat Islam...

Berkat kuatnya pancaran wahyu (Nur Muhamadiyah), umat Islam secara kolektif dijamin tidak akan pernah menyekutukan Tuhan-nya, juga tidak akan pernah mempertuhankan Nabi-nya, tidak seperti umat terdahulu. Tapi hal ini bukan berarti sudah tidak ada masalah teologis samasekali. Polemiknya justru dimulai dari sini; bermula dari perbedaan penafsiran nash-nash agama...

Polemik yang terjadi di sepanjang sejarah umat Islam menyoal ketuhanan adalah, adanya perbedaan tafsir teologis antara satu firqah dengan firqah lainnya. Firqah A mentakwil sebuah ayat ilahiat begini, sedangkan firqah B mentakwilnya secara berbeda, kemudian masih ada firqah C, D, E dan seterusnya. 

Firqah-firqah ini meskipun mempunyai takwilan berbeda tapi mereka disatukan oleh Firman Maha Kuat: Al-Quran. Jadi sejauh manapun mereka berpolemik tidak akan berdampak negatif sebagaimana sebagian umat terdahulu yang
sampai mempertuhankan patung atau menyembah sosok-sosok manusia yang disucikan. 

Efek negatif paling kentara justru terjadi dalam kehidupan sosial. Jika ada orang Islam yang nalar teologisnya salah, bisa dipastikan sedikit-banyak dia akan membuat kerusakan di lingkungan sekitarnya. Contohnya, firqah Khawarij. Mereka gemar mengebom dan menggorok leher saudaranya sendiri karena mengimajinasikan kalau yang namanya "tuhan" itu hobi sekali menghukum makhluknya. Menurut pemikiran mereka, selain anggota firqahnya harus dilabeli sesat, kafir dan harta bendanya halal untuk dirampas. Mengkudeta pemerintahan yang sah juga diperbolehkan. Katanya, dia melakukan hal-hal seperti itu karena terinspirasi dari agama. Entah agama yang mana! Jadi, nalar teologisnya sedari awal sudah salah kaprah sehingga merugikan umat manusia...

Pola pikir salah kaprah seperti ini harus segera diluruskan kembali. Untungnya (sekali lagi) umat Islam dilindungi oleh kalam abadi bernama al-Quran, al-Furqan. Dengan begitu umat Islam dapat saling mengoreksi nalar ketuhanan dan teologisnya masing-masing dengan lebih leluasa dan komprehensif. Siapa yang hujjahnya paling kuat, sesuai dengan keteladanan Rasulullah Saw, para sahabat dan generasi salafus shalih, dialah mazhab yang patut diikuti.

Lalu manakah mazhab yang sesuai dengan kriteria tersebut? Mazhab yang sesuai dengan syarat-syarat tadi bernama Ahlussunah wal Jama'ah. Mazhab inilah satu-satunya corak beragama yang diikuti oleh mayoritas umat Islam dari dulu sampai sekarang karena sanad keilmuannya jelas dan mapan, paling otentik dan moderat rahmatan lil alamin. 

Secara aplikatif mereka adalah mazhab yang mengikuti Imam Asy'ari dan Imam Maturidi dalam hal teologi, mengikuti salah satu imam 4 (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Hambali) dalam bidang syariah/fikih, dan mengakui laku tasawuf (penyucian batin dan akhlak). 

Akhir kata, marilah kita sama-sama belajar mengenal Sang Creator Tunggal alam semesta ini. Bukankah tidak mengherankan jika makhluk berusaha mengenal Sang Penciptanya sendiri? 🙂

05.19 Clt. Selamat pagi...
_____
Nb: 
Seperti yang telah saya tulis, banyak ulama berpendapat bahwa pembuktian keberadaan Tuhan merupakan tema yang sangat jelas karenanya tidak termasuk bagian terpenting dari tujuan-tujuan al-Quran. Pendapat ini seolah-olah kontradiksi dengan fakta sosial yang ada, dimana masih banyak sekali manusia dari dulu sampai sekarang yang mengingkari keberadaan Tuhan (ateis), bahkan terkadang sampai dalam taraf penghinaan. Untuk membahas persoalan ini lebih lanjut memerlukan tulisan tersendiri. Wallahu a'lam.

Komentar

  1. Casino Site | LuckyClub Lucky Club
    We are luckyclub.live not an official provider of online slots at LuckyClub, nor are we a part of any other provider. LuckyClub offers our players a wide range of the most exciting

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Grand Syekh Al-Azhar adalah juga Syekh Islam & Umat Islam

Grand Syekh Al-Azhar Ke - 12